Kisah The Sabotage Menembus Java Rockinland

0

JAKARTA Bagi sebuah grup punk rock jalanan menunggu hadirnya festival punk raksasa seperti Warped Tour di tanahair jelas bagai punuk merindukan bulan. Terlebih lagi bisa tampil di sebuah festival rock internasional terbesar di negara ini mungkin bagai punuk merindukan Pluto.

Hebatnya ternyata ini menjadi kenyataan. Setidaknya bagi The Borstal dan The Sabotage, dua band punk rock jalanan yang walau cukup terkenal di komunitasnya namun tidak dikenal oleh fans musik rock kebanyakan di tanahair. Keduanya tampil mengesankan di festival Java Rockinland yang baru saja berakhir pada akhir 2009 di Pantai Karnaval, Ancol, Jakarta.

The Borstal dan The Sabotage tampil di Aksara Cutting Edge Stage yang merupakan panggung yang khusus digelar Aksara Records dan menampilkan aksi band-band indie/underground terkemuka di tanah air. Selain keduanya tampil pula antara lain Vox (Surabaya), Armada Racun (Yogyakarta), The Monophones (Yogyakarta), Risky Summerbee & The Honeythief (Yogyakarta), Southern Beach Terror (Yogyakarta), White Shoes & The Couples Company, Goodnight Electric, Sore dan sebagainya.

Banyak pihak yang kaget dengan tampilnya kedua band punk garis keras ini di festival rock terbesar di Indonesia saat ini tersebut. Kaget karena The Sabotage merupakan band punk rock tulen, bukan tipikal melodic punk ataupun sejenis band post-punk lainnya. Terus terang sepertinya kecil sekali kemungkinannya mereka bisa manggung di acara akbar sekelas JRL ini.

Akhirnya website resmi Java Rockinland menjawab keraguan tersebut. The Sabotage yang awalnya merambah belantara underground berhasil membuka lebih lebar pintu kebebasan sehingga musik punk dapat berteriak dan keluar dari kerangkeng minoritas melalui festival JRL ini.

Di JRL The Sabotage manggung setelah Sore dan Speedkill, dua band indie andal yang lebih dulu dikenal anak muda Jakarta ketimbang The Sabotage yang dari atributnya saja mungkin membuat sebagian orang merasa ketakutan.

Akhirnya sekitar pukul 10 malam, The Sabotage hadir di panggung dengan line-up Ony FuckGuy(vokal), Acil (drum), Pulung Vicious (bass), Geboy (gitar) dan Abie Jarrod (gitar).

Mereka menggetarkan panggung Aksara Cutting Edge dengan rif-rif punk yang mentah berikut beat-beat cepat dan yelyel kebebasan ala punk. Nomor sendiri Never Surrender dan Give Us A Freedom menjadi pembuka penampilan mereka malam itu. Setelah beberapa lagu sebagian penonton seperti masih tak percaya di festival JRL ada sebuah band punk jalanan yang biasanya hanya ada di konser-konser punk di pinggiran Jakarta, walau belakangan mereka sempat menggelar pula Java Bali Riot Tour 2007 2008.

Setelah beberapa lagu sendiri termasuk Dont Control Us mereka melengkapi penampilan mereka dengan memainkan nomor milik band punk legendaris Inggris G.B.H, Give Me Fire.

Malam itu The Sabotage bersama The Borstal berhasil menancapkan bendera punk di pergelaran akbar tersebut dengan sukses, lengkap dengan rambut mohawk pula. Beberapa menit setelah manggung Geboy tampak terpukau dengan kenyataan yang dialami oleh bandnya sendiri. "Gue aja yang maen masih nggak percaya, apalagi elo", katanya sambil tertawa kepada seorang teman.

Sebenarnya mereka bukan satusatunya band underground yang ikut memeriahkan JRL. Sebut saja Skalie, Siksakubur, Bitter Ballen, dan lain-lain. Sangat mengesankan bahwa di festival musik internasional sekelas Java Rockinland semua genre musik rock diberi kesempatan yang sama, tak terkecuali punk rock.

David Tarigan, A&R dari Aksara Records disebut sebagai orang yang berperan dalam menghadirkan kedua band punk garis keras ini di sana. Awalnya, The Sabotage sempat tampil on-air di Radio OZ Jakarta dan David menyukai kedua band ini.

Menurut Ony FuckGuy, vokalis The Sabotage, ia senang sekali dapat tampil di JRL, namun akan sangat bahagia apabila penampilan bandnya berdampak bagus pula di kemudian hari. Semoga tidak cuma sampai di sini, kami mengharapkan ada efek yang lebih baik untuk The Sabotage di masa depan setelah manggung di Java Rockinland, ujarnya.

Uniknya lagi, seusai manggung The Sabotage sempat mampir ke tenda Jack Daniels guna merayakannya. Secara tak terduga sang empunya festival, Peter F. Gontha tengah nongkrong santai pula di sana. Walhasil para personel band ini spontan diajak minum bareng sekaligus berfoto dengan pendiri sekaligus chairman Java Festival Production tersebut.

"Gua kaget banget tibatiba anak buahnya doi narik gue buat foto bareng om Peter", kenang Ony bangga.

Seolah melengkapi tradisi yang sempurna di sebuah festival rock, Ony dan kawan-kawan pun bersulang akrab dengan Peter F. Gontha di tenda Jack Daniels. Sebuah pemandangan ajaib yang makin mempertegas bahwa dalam musik rock semua adalah setara dan bersaudara. Mari bersulang!